Langsung ke konten utama

PEMIMPIN ITU TERBENTUK, BUKAN TERLAHIR?

Ket. Gambar : Gambar Ilustrasi Seorang Pemimpin 

Penulis : Muhammad Najib (Mahasiswa)

Pemimpin adalah salah satu warisan dari Tuhan atau sekaligus Wakil Tuhan dimuka Bumi, tidak banyak dari kita yang paham dan sadar bahwa pemimpin adalah seseorang yang menaungi banyak orang, atau dengan kata lainnya ia merupakan representatif dari orang-orang yang dipimpinnya dan tak jarang orang-orang yang dipimpinnya itu menjadikan dirinya sebagai uswah (contoh atau teladan).
Berbicara pemimpin berarti kita sedang membahas 3 unsur penting, Pertama, invidu yang berarti membicarakan orang, sampai turunan-turunan lainnya.
Kedua, waktu atau pengalaman hidupnya  yang menjadikan ia sebagai pemimpin.
Ketiga, adalah Pengetahuan (knowledge) yang membuat ia terampil dan berwatak sebagai pemimpin.
Namun sebelum jauh membahas Pemimpin, saya ingin mengajak pembaca budimana bertukar fikiran benarkah Pemimpin itu terbentuk dan Bukan terlahir?
Menurut sudut pandang saya secara pribadi mengenai pemimpin, seorang pemimpin dapat dilahirkan dan juga dapat dibentuk.
Karena menurut saya semua orang mempunyai jiwa kepemimpinan dari sejak mereka hidup.
Manusia hidup di dunia ini untuk memimpin diri sendiri dan juga memimpin di ruang lingkup mereka. Jiwa kepemimpinan itu dibentuk juga untuk membuat seseorang menjadi seorang pemimpin yang baik bagi orang banyak.
Salah satu Teori mengenai Pemimpin yakni teori Kontigensi atau Teori Tiga Dimensi Yaitu Para Penganut teori ini berpendapat bahwa,   ada tiga faktor yang turut berperan dalam proses perkembangan seseorang menjadi pemimpin, yaitu: (1) Bakat kepemimpinan yang dimilikinya. (2) Pengalaman pendidikan, latihan kepemimpinan yang pernah diperolehnya, dan (3) Kegiatan sendiri untuk mengembangkan bakat kepemimpinan tersebut.

Sebagai contoh mari ikuti ilustrasi cerita ini.

Rizki adalah seorang anak berusia delapan tahun. Sejak masih merangkak, si kecil Rizki sudah menunjukkan tanda-tanda sebagai anak yang dominan dan cenderung mengambil inisiatif.
Saat ini dibangku Sekolah Dasar, dia nampak menonjol di antara teman-teman sepermainannya. Terutama dalam hal menggerakkan. Ada saja ulah Rizki untuk mempengaruhi dan mengajak sekelompok teman sekelasnya untuk melakukan sesuatu, mulai dari sekadar bermain, hingga membuat keributan di sekolah. Para guru menjulukinya si pemimpin gerombolan. Ya, Rizki kecil diyakini oleh orang tua dan guru-guru di sekolahnya sebagai “dilahirkan untuk memimpin.
”Lain Rizki, lain pula Deni. Sejak kecil ia dikenal sebagai anak yang pendiam, tidak banyak bicara, bahkan cenderung kurang percaya diri. Sifatnya itu terbawa hingga lulus SMA.
Namun, sesuatu yang ajaib terjadi saat Deni menjadi mahasiswa dan kuliah di luar kota. Dia bergabung menjadi aktivis di kampus. Kemampuan berkomunikasinya meningkat tajam, dan puncaknya dia berhasil memenangkan pemilihan ketua BEM universitas. Dia percaya bahwa dirinya dibentuk oleh lingkungan kampus untuk menjadi seorang pemimpin. Memikirkan apakah seorang pemimpin itu dilahirkan atau dibentuk, hampir sama dengan menjawab pertanyaan mana yang terlebih dahulu ada: ayam atau telur?
Sebagai seorang otodidak tanpa gelar bangsawan yang pernah melekat hingga jenjang saya menjadi pemimpin di salah satu ormawa, cenderung membuat saya lebih meyakini bahwa seorang pemimpin itu dibentuk.

Namun, sebagai seorang pelatih atau instruktur yang menekuni ranah kepemimpinan dan komunikasi, saya juga banyak melihat para pemimpin yang dilahirkan. Mereka sudah menampakkan sikap dan karakter yang menonjol untuk menjadi seorang pemimpin, sejak usia yang masih sangat muda.
Pada suatu titik, saya berkesimpulan, bahwa seorang pemimpin itu dilahirkan. Artinya, secara harfiah memang pemimpin itu dilahirkan dari rahim seorang ibu. Tidak jatuh dari langit. Jadi, ia bisa saja membawa faktor genetika yang diturunkan dari leluhurnya, seperti sifat dominasi, kemampuan mempengaruhi yang alami, bahkan kacakapan dalam berkomunikasi yang sudah dibawanya dari sejak lahir.
Contoh mutakhir yang sudah menjadi kenyataan adalah Perdana Menteri Singapura saat ini, Lee Hsien Loong, yang juga anak kandung dari the founding father of  Singapore, Lee Kuan Yew. Pemimpin melahirkan pemimpin.
Lalu, di manakah faktor pembentukan seorang pemimpin berperan?
Serupa dengan kisah Deni di atas, diperlukan kondisi atau situasi tertentu yang membuat seseorang mampu mengasah dan memunculkan jiwa kepemimpinannya. Kondisi ini bisa berlangsung secara natural, melalui cara pengasuhan, ataupun keadaan keluarga yang memaksa si anak mengembangkan jiwa memimpinnya sejak kecil. Atau bisa saja kondisi yang berlangsung karena memang diciptakan melalui pendidikan dan pelatihan (training).
Tentu saja kepemimpinan bisa dijelaskan secara teori, tetapi power point dan kata-kata yang indah sekali pun tak akan cukup untuk menempa jiwa-jiwa pemimpin. Diperlukan proses latihan, pengulangan, dan konsistensi yang tinggi untuk mengubah seorang medioker menjadi pemimpin yang berkualitas.
Pada tataran tertentu, saya melihat kepemimpinan lebih merupakan seni daripada sekadar ilmu pengetahuan. Namun, tetap dibutuhkan keterampilan minimal yang menjadi modal dasar seseorang untuk menaiki tangga kepemimpinan. Saya menyebutkan core skills of a leader atau keterampilan dasar seorang pemimpin.

KETERAMPILAN PEMIMPIN

Apa yang termasuk dalam keterampilan dasar para pemimpin?

Pertama, adalah vision building  atau kemampuan untuk memandang jauh ke depan. Sepintas lalu ini kelihatan seperti sebuah keahlian cenayang yang diturunkan seperti wangsit.
Namun, dalam ilmu manajemen modern, visi atau impian dapat dijabarkan dan dibangun. Menggali dan memunculkan visi adalah bekal awal seorang pemimpin, seperti sebuah kalimat bijak yang mengatakan, bahwa kepemimpinan berawal dari sebuah visi.  Akan tetapi, kemampuan ini juga harus diiringi dengan kemampuan untuk menerjemahkan dan mendistribusikan visi kepada seluruh anggota organisasi atau tim.

Kedua, decision making  atau kemampuan untuk mengambil keputusan. Mengambil keputusan adalah sifat alami seorang pemimpin. Seorang pemimpin hidup dari satu keputusan ke keputusan lainnya sepanjang hari. Naluri mengambil keputusan ini seringkali tidak dapat diajarkan, tetapi dicontohkan. Saya yakin, seorang Anthoni Salim, tanpa mengabaikan latar belakang pendidikan akademiknya, semenjak kecil sudah terasah dengan melihat, mendengar, dan mengalami sendiri bagaimana ayahnya, Taipan Sudono Salim, mengambil keputusan-keputusan bisnis.

Ketigaconducting meeting  atau bekal untuk memimpin jalannya rapat. Rapat adalah makanan sehari-hari seorang pemimpin dalam bidang apa pun. Memimpin rapat atau pertemuan adalah sebuah bekal yang dapat dipelajari. Kedengaran sangat sepele memang, tetapi coba bayangkan berapa banyak jam-jam yang terbuang sepanjang hari akibat rapat-rapat yang tidak efektif? Seorang pemimpin piawai dan efektif dalam mengelola rapat untuk menghasilkan keputusan.
Seorang pemimpin juga perlu memiliki bekal untuk menangani konflik atau conflict resolution. Pekerjaan seorang pemimpin berkaitan dengan manusia, dan manusia sangat rawan terjadi konflik. Kemampuan untuk mengolah konflik menjadi sesuatu yang justru bermanfaat untuk kemajuan organisasi adalah keunggulan seorang pemimpin.

Terakhir adalah  pulling the team together  atau menggerakkan tim bersama-sama menuju ke target yang ingin dicapai. Ini adalah sebuah bekal untuk memotivasi dan mendorong sekelompok orang untuk melakukan sesuatu. Bukan karena diperintah, tetapi karena mereka memang menginginkannya.
Seorang pemimpin yang hebat mampu mengenali setiap anggota timnya, dan tahu cara terbaik untuk menggerakkan mereka. Memotivasi dan menggerakkan bukan semata-mata menjadi cheerleader, tetapi membutuhkan banyak pemahaman akan sifat dasar manusia.
Mari kita banyak ber-Syukur dan ber-Terima kasih kepada Tuhan dan Semesta sebab perkembangan ilmu pengetahuan di bidang perilaku manusia, teori psikoanalisa, dan neurologi, sehingga berbagai karakter dan perilaku manusia dapat dipelajari, serta diajarkan kembali dengan berbagai cara.
Dengan demikian, kita tak perlu berkecil hati jika merasa tak membawa gen atau silsilah pemimpin dalam pohon keluarga, karena seorang pemimpin tak hanya dilahirkan. Namun, seorang pemimpin juga dibentuk melalui pengalaman hidup, pemberdayaan, dan pengkondisian.

"Setiap kita adalah Pemimpin dan tiap-tiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya".

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KESETIAAN

Penulis : Muhammad Najib (Mahasiswa UIN SU - Medan) Lingkungan salah satu kunci dasar kita membentuk karakter, tanpa kita sadari karakter kesetiaan hadir karena sebuah lingkungan. Pahit, manisnya hidup penetralisirnya adalah hati, untuk menguatkan hati kuncinya adalah kesetiaan, setia pada kebenaran dan nilai-nilai yang benar bukan dianggap benar sekali lagi bukan dianggap benar.  Kesetiaan mampu kita upayakan kalau dihati memang mempunyai niatan tulus untuk saling merawat, menjaga, serta memperhatikan kewajiban dan hak kita sebagai hamba dan makhluk sosial. Merawat lingkungan tugas kita sebagai makhluk Tuhan yang sempurna bahkan menjaganya.  Memperhatikan lingkungan merupakan bagian dari observasi untuk membangkitkan semangat kepedulian agar melahirkan KESETIAAN. Dalam catatan sejarah, sederhanya Islam takkan besar kalau Nabi Muhammad SAW tak memiliki orang-orang yang setia seperti Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali dan sahabat-sahabat lainnya. Serta sama halnya seperti Indonesia

MENIKMATI NDP HMI

Ket. Gambar : Menikmati Kopi NDP Penulis : Muhammad Najib (Instruktur HMI Cabang Medan) Sejarah NDP menurut Prof. Dr. H. Agussalim Sitompul : [Muqaddimah : Perkembangan sosio historis menunjukkan, selain Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HMI sejak tahun 1947 hingga tahun 2010, HMI telah memiliki 10 naskah atau dokumen sebagai ideologi atau doktrin perjuangan HMI (Baca Sejarah Perjuangan HMI jika ingin mengetahui uraiannya). Sepuluh doktrin perjuangan HMI tersebut lazim disebut sebagai ideologi HMI. Seperti ditulis A. Dahlan Ranuwihardjo, ideologi adalah "seperangkat ajaran-ajaran tertentu atau gagasan-gagasan berdasarkan suatu pandangan hidup untuk mengatur kehidupan negara/masyarakat didalam segi-seginya serta yang disusun didalam sebuah sistem berikut aturan-aturan operasionalnya."] Berarti dengan keterangan diatas, Islam bukanlah ideologi, seperti halnya ideologi Pancasila, sosialis, komunis, kapitalis, dan lain-lain. Islam adalah wahyu dari Allah swt. Seda

DAGINGNYA PARA ULAMA ITU BERACUN

Teman ? Siapakah teman itu? Ialah yang setia menemani disaat suka & duka. Jelas bukan yang ada hanya bila butuh sesuatu saja. Apalagi yang menusuk dari belakang, menggunting dalam lipatan, menyerang & melempar fitnah di tengah perjuangan. Layaknya ketika kita berada ditengah perjuangan berhijrah menjadi lebih baik. Kala level kita akan naik itu, tak sedikit dari teman kita malah jadi menjauhi dan mencaci "sok alim..sok suci..sok sholeh..riya..gila pujian..dll" Karena begitulah siklusnya, Allah sengaja melakukan seleksi itu. Kenapa? Karena di mata Allah, antum sudah beda level, mereka sudah gak level dengan antum. Proses penjauhan teman lama itu ibarat musim gugur yang merontokkan daun-daun lama yang tak layak lagi dipertahankan. Agar kelak di musim semi akan diganti oleh tunas-tunas daun yang hijau, setia nan kokoh. Seperti itulah siklus pertemanan. Pilpres 2019 bagi UAS ialah fenomena yang memperlihatkan mana teman sejati, mana lawan yang berbaju kawan se