Ket. Gambar : Pemuda adalah harapan bangsa dan negara
PENULIS
MUHAMMAD NAJIB
(KETUA UMUM HMI KOMISARIAT FSH UIN-SU MEDAN)
“Aku (Tuhan) tidaklah menciptakan jin dan manusia hanyalah untuk berbakti kepada-Ku.” Q. S Adz- Dzariyat (51): 56
"Hadapkan dengan seluruh dirimu itu kepada agama (Islam) sebagaimana engkau adalah hanief (secara kodrat melihat kebenaran, itulah fitrah Tuhan yang telah memfitrahkan manusia padanya)." Q. S Ar- Rum (30): 30
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan, Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu." Q.S Albaqarah (2):208
Ketiga ayat-ayat Kitab Suci terakhir ini seolah memberikan tamparan keras bagi siapapun yang mengimaninya, tak terkecuali kepada penulis sekalipun. Ketiga ayat diatas berbicara tentang kemahaesaan Allah sebagai Tuhan yg Tunggal, berbicara juga tentang kemurnian aqidah dan tentang hakikat manusia itu diciptakan ialah hanya untuk berbakti dan mengabdikan diri hanyalah kepada Allah sang Rabbul 'Alamin.
Sebab, pasalnya hari ini ummat telah tertinggal jauh dari cita-cita alquran yakni menjadi insan muhsinin, insan mukhlisin dan insan muttaqin yang senantiasa menolong orang-orang mustadh'afin (lemah) atau fakir.
Alquran kitab suci yang harusnya menjadi petunjuk dan barometer bagi ummat dalam beragama dengan baik, saat ini mulai ditinggalkan, dibelakangkan bahkan berubah haluan, dan alquran tak lagi menjadi imam untuk ummat.
Padahal Alquran bukan kitab kemarin sore terbit, bukan kitab buatan atau karangan siapapun, dan bukan kitab yang diperbaharui tergantung zaman. Alquran itu produk Allah, Allah itu tuhan seluruh manusia.
Bayangkan saja jika langit dan bumi saling berjauhan akan tetapi tanpa tiang diantara keduanya.
Siapakah yang mampu menahan dan menjadikan hal yg sedemikian sederhana bila diucapkan namun sangat fantastis jika dilihat dan difikirkan.
Tidak ada dzat yang mampu melakukan hal yang sedemikian itu kecuali Dzat yang Maha Dasyat yakni Allah 'Azza Wajalla.
Maka dahulu penulis sempat bertanya kepada ibunda, wahai mama kenapa Allah ada. Pertanyaan yang bagus nak, Allah sebenarnya lah yang mengadakan kita, menciptakan kita, maka banyaklah bersyukur atas kehidupan yang telah diberikannya ini.
Kemunculan arus globalisasi dan westernisasi yang semakin hari semakin tak terbendung lagi arusnya mengakibatkan peradaban hanyalah sebagai isapan jempol belaka. Tak lebih memang manusia hari ini seperti hayawanun nathiq ( binatang yang berakal ): Imam Al- Ghazali.
Maka menarik kita melihat Slogan perjuangan "isy kariman au mut syahidan" yang pertama kali dikemukakan oleh sang ibunda kepada puteranya, Abdullah bin Zubeir, sahabat Nabi, itu memang sangat ampuh untuk membuat anak muda dan remaja bersikap militan.
Tafsir yang sering dikemukakan terhadap kalimat pembangkit semangat ini adalah "jangan mudah tergoda oleh harta, jangan mudah silau dengan tawaran duniawi kalau agama menghendaki sebuah perjuangan biar pun harus mengorbankan nyawa".
Alhasil, pandangan manusia saat ini telah jauh berbeda dari konteks dan makna slogan perjuangan tersebut. Kemurnian akan iman mulai terbata-bata, melihat akhirat seakan meraba tetapi melihat dunia seolah-olah terang benderang.
Padahal Sang suritauladan telah berpesan "Jikalau kau memandang dunia pandanglah ke bawah, dan jikalah kau memandang akhirat pandanglah keatas".
Itu artinya agar ummat lebih mampu untuk bersyukur serta ikhlas dalam menghadapi situasi dan kondisi apapun dialam ini semasa hidupnya.
Beliau si Muhammad itu bukanlah Bapak kita, Bukanlah Om Kita, Bukanlah Abang Kita atau bahkan saudara kandung kita.
Namun kenapa Beliau senantiasa memberi peringatan kepada kita? Ringkasnya Karena Beliau Cinta kepada kita.
Biar Beliau dihujat, dicaci, dimaki bahkan dilempari kotoran sekalipun namun ummatnya jangan, ummatnya aman, umnatnya tenang. Masihkah kita menafikkan keberadaannya dihati kita wahai saudaraku?
Misi kenabiannya dimulai dari ia menerima wahyu pertama di sebuah gua hira' namanya yang sangat jauh dari kelayakan manusiawi memandangnya.
Ayat yang di terimanya ialah tersirat tentang kebebasan memilih.
Maksudnya? Maksudnya adalah Iqra' artinya bacalah. Lalu dimana letak kebebasannya? Kebebasannya dikata Iqra' tersebut. Wahai Para Pembaca sadarkah kita bahwa sebenarnya Allah tuhan yang menurunkan Alquran itu tak pernah memaksa Muhammad itu untuk menerima wahyu darinya.
Kenapa begitu? Karena jelas sekali, Allah seolah berkata begini kepada Muhammad lewat ayat itu Bacalah dulu Muhammad.
Ini ayat-Ku pahami dulu pemaknaannya, Akulah Tuhanmu yang menciptakan semua makhluk dimuka bumi ini. Namun Muhammad hanya menjawab dengan penuh rendah hati dan takut "aku tidak bisa membaca".
Dalam riwayat kejadian tersebut berulang tiga kali. Jelas sekali bahwa dalam kisah ini Muhammad tidak dipaksa Allah dalam menerima wahyu Alquran tersebut.
Allah bahkan memberikan tenggat waktu untuk Muhammad berfikir. Namun, disisi lain Muhammad si pemuda yang senantiasa jujur dan rendah hati ini merasa lemah dan tak pantas menerima wahyu dari sang penguasa bumi dang langit ini. Karena Muhammad menyadari betul bahwa dirinya masih banyak kekurangan dan kelemahan yang dirasanya didalam dirinya.
Sampailah suatu ketika ia bercerita kepada Istrinya Khadijah tentang hal itu. Lalu istrinya memotivasi nya agar segera menyebarkan wahyu kenabiannya itu. Akhirnya Muhammad pun memohon petunjuk Allah dimalam ramadhan selepas ia menerima wahyu tersebut.
Maka sebenarnya wahai para pembaca perhatikanlah kisah diatas. Ketika Utusan Allah Muhammad SAW bersusah payah memperjuangkan penyebaran wahyu Alquran dengan latar belakang rasa takut berhias cinta "taqwanya" Beliau kepada Sang Rabbul 'Alamin, lantas Muhammad SAW secara kaffah menyanggupi melakukan misi kenabiannya.
Tak hanya itu, Sang suri tauladan pun merasa bersyukur dan ikhlas dalam menjalankan semua perintah dari Tuhannya itu. Bak layak nya sepasang kekasih suami istri yang sedang cinta-cinta nya. Begitulah Muhammad SAW dalam mengemban misi kenabiannya rela mengorbankan apapun demi Rabb nya.
Dari pelajaran diatas mudah-mudahan dapat memberikan kita discovery (gagasan baru) keummatan serta dapat lebih berhati-hati dalam membrainstorming (menyelesaikan permasalahan) kemanusiaan dengan penuh keimanan dan ketaqwaan kepada Allah subhanahu wata'ala.
Dari bulan ramadhan kita dapat ilmu puasa, ini adalah penempaan diri. Jadikanlah momentum ramadhan kemarin bukan hanyalah sekedar momentum belaka tapi sebagai ajang pembenahan diri.
Didalam diri ada ruh, jadikan juga ruh kita tertempa untuk selalu taat pada-Nya. Dari situ kualitas taqwa dapat diraih dengan sempurna. Apabila jasmani dan rohani nya seimbang dalam ketaatannya kepada Allah.
Maka Allah pun akan menepati janji-janji Nya. Bahkan bukankah disaat hendak berpuasa, Allah telah menyiapkan waktu yang romantis untuk hamba-Nya? Kebanyakan Hamba-Nya yang lalai dan lupa akan pentingnya hal ini.
Karena tahukah kita wahai ummat Muhammad wahai pemuda, Allah telah memberikan waktu spesial untuk kita agar meminta sebanyak-banyak nya kepada Allah, yakni di waktu sahur.
Masih kah kita benar-benar ummat Muhammad? Benarkah kita mengakui sebagai Manusia ciptaan Allah? Benarkah kita Pemuda Muslim Harapan Indonesia? Masih adakah disudut hati kita bergetar ketika nama Allah terdengar, Masihkah kita hidup diramadhan selanjutnya? Sudahkah lidah kita basah akan asma-Nya dan kalam-Nya?
Jawabnya ada didalam diri kita masing-masing.
Kemerdekaan Bangsa kita takkan pernah diraih seandainya Pemuda-Pemuda Indonesia kala itu tidak bersatu dan bercerai berai. Namun Pemuda kala itu berhasil bersatu lewat momentum besar bangsa ini yakni Sumpah Pemuda.
Maka tidak berlebihan lah pesan Ir. Soekarno yang mengatakan bahwa "beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia". Kenapa Ir. Soekarno mengatakan demikian? Karena dari tangan-tangan dingin pemudalah Indonesia dapat mengusir penjajahan Belanda lalu meraih kemerdekaan.
Namun realitanya, Pemuda Indonesia hari ini bagai simpanan penguasa yang sesekali mudah terprovokasi, yang sesekali mudah terombang ambing, yang perlahan ke nasionalismenya mulai luntur, patriotismenya mulai tergadaikan, keapatisannya seakan terafirmasi oleh sikapnya, dan pola pikirnya mulai ternegasikan dari kemajuan peradaban masa kini.
Maka bagaimanakah membentuk polarisasi fikiran dan tindakan Pemuda Muslim Indonesia?
Jawabnya hanya sederhana Kembali lah jadikan Nabi Muhammad SAW sebagai satu-satu nya Uswah Suri Tauladan yang menjadikan dirikan sebagai pengikutnya yang sejati, karena dialah sosok Pemuda yang sampai saat ini terus menerus bertambah pengikutnya. Hebat bukan?
Pemuda adalah harapan bangsa, ditangan-tangan pemudalah masa depan Indonesia dipegang dan dikuasai.
Lakukanlah yang terbaik untuk negeri, persiapkan bekal yang banyak disaat muda agar kelak tak menangis disaat tua. Pemuda hari ini harus bangkit dari keterpurukannya harus melawan tirani-tirani yang membelenggunya harus memusnahkan kezoliman-kezoliman yang hari ini menyerang orang-orang lemah.
Pemuda Muslim harus bersatu demi Masa Depan Indonesia yang lebih cerah.
Rajut kebersamaan dal bingkai kebenaran dan keadilan, bukankah kita telah mendapatkan ilmu kebersamaan ketika didalam Masjid? Pemuda Muslim harus mampu bangun Subuh lebih awal, dan peka terhadapan persoalan-persoalan ummat dan bangsa saat ini. Karena saat ini ada dua masalah besar negeri ini, Pertama adalah Disintegrasi Sosial, Kedua adalah Kelemahan Ekonomi dan Pendidikan.
Sebagai pemuda muslim seharusnya kita menjadi mutiara ditengah-tengah ombak dan badai yang sedang menghantam Indonesia saat ini. Masa Depan Indonesia tersematkan diantara Pemuda Muslim yang merupakan sebagai corong utama pergerakan Indonesia kearah yang lebih cerah. Mari Himpun kekuatan dan Keistiqomahan karena agar tidak dapat dipecah apalagi diusik oleh pihak-pihak luar yang ingin menggerogoti fikiran dan hati kita sebagai Pemuda Muslim Indonesia.
Diawal Penulis juga sudah memaparkan beberapa kisah-kisah hikmah yang dapat menjadi bahan bersikap pemuda muslim harapan Indonesia. Akhir kata penulis mengajak pembaca semua untuk mengafirmasikan bahwa Allah Tuhan Semesta Alam, Muhammad Nabi seluruh ummat dan Alquran Imam seluruh manusia.
PENULIS
MUHAMMAD NAJIB
(KETUA UMUM HMI KOMISARIAT FSH UIN-SU MEDAN)
“Aku (Tuhan) tidaklah menciptakan jin dan manusia hanyalah untuk berbakti kepada-Ku.” Q. S Adz- Dzariyat (51): 56
"Hadapkan dengan seluruh dirimu itu kepada agama (Islam) sebagaimana engkau adalah hanief (secara kodrat melihat kebenaran, itulah fitrah Tuhan yang telah memfitrahkan manusia padanya)." Q. S Ar- Rum (30): 30
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan, Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu." Q.S Albaqarah (2):208
Ketiga ayat-ayat Kitab Suci terakhir ini seolah memberikan tamparan keras bagi siapapun yang mengimaninya, tak terkecuali kepada penulis sekalipun. Ketiga ayat diatas berbicara tentang kemahaesaan Allah sebagai Tuhan yg Tunggal, berbicara juga tentang kemurnian aqidah dan tentang hakikat manusia itu diciptakan ialah hanya untuk berbakti dan mengabdikan diri hanyalah kepada Allah sang Rabbul 'Alamin.
Sebab, pasalnya hari ini ummat telah tertinggal jauh dari cita-cita alquran yakni menjadi insan muhsinin, insan mukhlisin dan insan muttaqin yang senantiasa menolong orang-orang mustadh'afin (lemah) atau fakir.
Alquran kitab suci yang harusnya menjadi petunjuk dan barometer bagi ummat dalam beragama dengan baik, saat ini mulai ditinggalkan, dibelakangkan bahkan berubah haluan, dan alquran tak lagi menjadi imam untuk ummat.
Padahal Alquran bukan kitab kemarin sore terbit, bukan kitab buatan atau karangan siapapun, dan bukan kitab yang diperbaharui tergantung zaman. Alquran itu produk Allah, Allah itu tuhan seluruh manusia.
Bayangkan saja jika langit dan bumi saling berjauhan akan tetapi tanpa tiang diantara keduanya.
Siapakah yang mampu menahan dan menjadikan hal yg sedemikian sederhana bila diucapkan namun sangat fantastis jika dilihat dan difikirkan.
Tidak ada dzat yang mampu melakukan hal yang sedemikian itu kecuali Dzat yang Maha Dasyat yakni Allah 'Azza Wajalla.
Maka dahulu penulis sempat bertanya kepada ibunda, wahai mama kenapa Allah ada. Pertanyaan yang bagus nak, Allah sebenarnya lah yang mengadakan kita, menciptakan kita, maka banyaklah bersyukur atas kehidupan yang telah diberikannya ini.
Kemunculan arus globalisasi dan westernisasi yang semakin hari semakin tak terbendung lagi arusnya mengakibatkan peradaban hanyalah sebagai isapan jempol belaka. Tak lebih memang manusia hari ini seperti hayawanun nathiq ( binatang yang berakal ): Imam Al- Ghazali.
Maka menarik kita melihat Slogan perjuangan "isy kariman au mut syahidan" yang pertama kali dikemukakan oleh sang ibunda kepada puteranya, Abdullah bin Zubeir, sahabat Nabi, itu memang sangat ampuh untuk membuat anak muda dan remaja bersikap militan.
Tafsir yang sering dikemukakan terhadap kalimat pembangkit semangat ini adalah "jangan mudah tergoda oleh harta, jangan mudah silau dengan tawaran duniawi kalau agama menghendaki sebuah perjuangan biar pun harus mengorbankan nyawa".
Alhasil, pandangan manusia saat ini telah jauh berbeda dari konteks dan makna slogan perjuangan tersebut. Kemurnian akan iman mulai terbata-bata, melihat akhirat seakan meraba tetapi melihat dunia seolah-olah terang benderang.
Padahal Sang suritauladan telah berpesan "Jikalau kau memandang dunia pandanglah ke bawah, dan jikalah kau memandang akhirat pandanglah keatas".
Itu artinya agar ummat lebih mampu untuk bersyukur serta ikhlas dalam menghadapi situasi dan kondisi apapun dialam ini semasa hidupnya.
Beliau si Muhammad itu bukanlah Bapak kita, Bukanlah Om Kita, Bukanlah Abang Kita atau bahkan saudara kandung kita.
Namun kenapa Beliau senantiasa memberi peringatan kepada kita? Ringkasnya Karena Beliau Cinta kepada kita.
Biar Beliau dihujat, dicaci, dimaki bahkan dilempari kotoran sekalipun namun ummatnya jangan, ummatnya aman, umnatnya tenang. Masihkah kita menafikkan keberadaannya dihati kita wahai saudaraku?
Misi kenabiannya dimulai dari ia menerima wahyu pertama di sebuah gua hira' namanya yang sangat jauh dari kelayakan manusiawi memandangnya.
Ayat yang di terimanya ialah tersirat tentang kebebasan memilih.
Maksudnya? Maksudnya adalah Iqra' artinya bacalah. Lalu dimana letak kebebasannya? Kebebasannya dikata Iqra' tersebut. Wahai Para Pembaca sadarkah kita bahwa sebenarnya Allah tuhan yang menurunkan Alquran itu tak pernah memaksa Muhammad itu untuk menerima wahyu darinya.
Kenapa begitu? Karena jelas sekali, Allah seolah berkata begini kepada Muhammad lewat ayat itu Bacalah dulu Muhammad.
Ini ayat-Ku pahami dulu pemaknaannya, Akulah Tuhanmu yang menciptakan semua makhluk dimuka bumi ini. Namun Muhammad hanya menjawab dengan penuh rendah hati dan takut "aku tidak bisa membaca".
Dalam riwayat kejadian tersebut berulang tiga kali. Jelas sekali bahwa dalam kisah ini Muhammad tidak dipaksa Allah dalam menerima wahyu Alquran tersebut.
Allah bahkan memberikan tenggat waktu untuk Muhammad berfikir. Namun, disisi lain Muhammad si pemuda yang senantiasa jujur dan rendah hati ini merasa lemah dan tak pantas menerima wahyu dari sang penguasa bumi dang langit ini. Karena Muhammad menyadari betul bahwa dirinya masih banyak kekurangan dan kelemahan yang dirasanya didalam dirinya.
Sampailah suatu ketika ia bercerita kepada Istrinya Khadijah tentang hal itu. Lalu istrinya memotivasi nya agar segera menyebarkan wahyu kenabiannya itu. Akhirnya Muhammad pun memohon petunjuk Allah dimalam ramadhan selepas ia menerima wahyu tersebut.
Maka sebenarnya wahai para pembaca perhatikanlah kisah diatas. Ketika Utusan Allah Muhammad SAW bersusah payah memperjuangkan penyebaran wahyu Alquran dengan latar belakang rasa takut berhias cinta "taqwanya" Beliau kepada Sang Rabbul 'Alamin, lantas Muhammad SAW secara kaffah menyanggupi melakukan misi kenabiannya.
Tak hanya itu, Sang suri tauladan pun merasa bersyukur dan ikhlas dalam menjalankan semua perintah dari Tuhannya itu. Bak layak nya sepasang kekasih suami istri yang sedang cinta-cinta nya. Begitulah Muhammad SAW dalam mengemban misi kenabiannya rela mengorbankan apapun demi Rabb nya.
Dari pelajaran diatas mudah-mudahan dapat memberikan kita discovery (gagasan baru) keummatan serta dapat lebih berhati-hati dalam membrainstorming (menyelesaikan permasalahan) kemanusiaan dengan penuh keimanan dan ketaqwaan kepada Allah subhanahu wata'ala.
Dari bulan ramadhan kita dapat ilmu puasa, ini adalah penempaan diri. Jadikanlah momentum ramadhan kemarin bukan hanyalah sekedar momentum belaka tapi sebagai ajang pembenahan diri.
Didalam diri ada ruh, jadikan juga ruh kita tertempa untuk selalu taat pada-Nya. Dari situ kualitas taqwa dapat diraih dengan sempurna. Apabila jasmani dan rohani nya seimbang dalam ketaatannya kepada Allah.
Maka Allah pun akan menepati janji-janji Nya. Bahkan bukankah disaat hendak berpuasa, Allah telah menyiapkan waktu yang romantis untuk hamba-Nya? Kebanyakan Hamba-Nya yang lalai dan lupa akan pentingnya hal ini.
Karena tahukah kita wahai ummat Muhammad wahai pemuda, Allah telah memberikan waktu spesial untuk kita agar meminta sebanyak-banyak nya kepada Allah, yakni di waktu sahur.
Masih kah kita benar-benar ummat Muhammad? Benarkah kita mengakui sebagai Manusia ciptaan Allah? Benarkah kita Pemuda Muslim Harapan Indonesia? Masih adakah disudut hati kita bergetar ketika nama Allah terdengar, Masihkah kita hidup diramadhan selanjutnya? Sudahkah lidah kita basah akan asma-Nya dan kalam-Nya?
Jawabnya ada didalam diri kita masing-masing.
Kemerdekaan Bangsa kita takkan pernah diraih seandainya Pemuda-Pemuda Indonesia kala itu tidak bersatu dan bercerai berai. Namun Pemuda kala itu berhasil bersatu lewat momentum besar bangsa ini yakni Sumpah Pemuda.
Maka tidak berlebihan lah pesan Ir. Soekarno yang mengatakan bahwa "beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia". Kenapa Ir. Soekarno mengatakan demikian? Karena dari tangan-tangan dingin pemudalah Indonesia dapat mengusir penjajahan Belanda lalu meraih kemerdekaan.
Namun realitanya, Pemuda Indonesia hari ini bagai simpanan penguasa yang sesekali mudah terprovokasi, yang sesekali mudah terombang ambing, yang perlahan ke nasionalismenya mulai luntur, patriotismenya mulai tergadaikan, keapatisannya seakan terafirmasi oleh sikapnya, dan pola pikirnya mulai ternegasikan dari kemajuan peradaban masa kini.
Maka bagaimanakah membentuk polarisasi fikiran dan tindakan Pemuda Muslim Indonesia?
Jawabnya hanya sederhana Kembali lah jadikan Nabi Muhammad SAW sebagai satu-satu nya Uswah Suri Tauladan yang menjadikan dirikan sebagai pengikutnya yang sejati, karena dialah sosok Pemuda yang sampai saat ini terus menerus bertambah pengikutnya. Hebat bukan?
Pemuda adalah harapan bangsa, ditangan-tangan pemudalah masa depan Indonesia dipegang dan dikuasai.
Lakukanlah yang terbaik untuk negeri, persiapkan bekal yang banyak disaat muda agar kelak tak menangis disaat tua. Pemuda hari ini harus bangkit dari keterpurukannya harus melawan tirani-tirani yang membelenggunya harus memusnahkan kezoliman-kezoliman yang hari ini menyerang orang-orang lemah.
Pemuda Muslim harus bersatu demi Masa Depan Indonesia yang lebih cerah.
Rajut kebersamaan dal bingkai kebenaran dan keadilan, bukankah kita telah mendapatkan ilmu kebersamaan ketika didalam Masjid? Pemuda Muslim harus mampu bangun Subuh lebih awal, dan peka terhadapan persoalan-persoalan ummat dan bangsa saat ini. Karena saat ini ada dua masalah besar negeri ini, Pertama adalah Disintegrasi Sosial, Kedua adalah Kelemahan Ekonomi dan Pendidikan.
Sebagai pemuda muslim seharusnya kita menjadi mutiara ditengah-tengah ombak dan badai yang sedang menghantam Indonesia saat ini. Masa Depan Indonesia tersematkan diantara Pemuda Muslim yang merupakan sebagai corong utama pergerakan Indonesia kearah yang lebih cerah. Mari Himpun kekuatan dan Keistiqomahan karena agar tidak dapat dipecah apalagi diusik oleh pihak-pihak luar yang ingin menggerogoti fikiran dan hati kita sebagai Pemuda Muslim Indonesia.
Diawal Penulis juga sudah memaparkan beberapa kisah-kisah hikmah yang dapat menjadi bahan bersikap pemuda muslim harapan Indonesia. Akhir kata penulis mengajak pembaca semua untuk mengafirmasikan bahwa Allah Tuhan Semesta Alam, Muhammad Nabi seluruh ummat dan Alquran Imam seluruh manusia.
Komentar