Langsung ke konten utama

Bumi Tuhan yang bernama INDONESIA

Ket. Gambar : Peta Indonesia

Penulis : Muhammad Najib (Mahasiswa UIN SU)
Penulis (tengah) Baju Putih : Muhammad Najib


Penghayatan berbangsa dan bernegara masyarakat Indonesia masih rendah jika kita mau mengamati disekeliling kita terutama saudara-saudara kita yang masih terbatas pola pikirnya hal ini yang menjadikan minimnya jiwa nasionalismenya.
Jangankan tentang birokrasi, fundamental atau yang lebih pentingnya yakni empat konsensus bernegara belum tentu saudara kita memahaminya, lantas bagaimana dengan nasib bangsa tercinta ini yang diperjuangkan dan dijunjung tinggi martabatnya oleh pendahulu kita yaitu para founding father's bangsa ini.

Fenomena yang terjadi saat ini, banyak orang yang mengklaim dirinya sebagai nasionalis tetapi hanya membela golongan tertentu sebut saja Islam radikal yang ingin meng-Islamkan negara indonesia, apakah ini tidak menyimpang dari ideologi bangsa yaitu pancasila, jika kita menatap dengan jeli benar-benar terlihat begitu minimnya tentang pemahaman bernegara padahal sudah jelas yang tercantum dalam ideologi bangsa sila pertama yang berbunyi ketuhanan yang maha esa, bukan ketuhanan yang radikal tetapi ketuhanan yang berkebudayaan dan toleran.

Dari hal yang bersifat fundamental bernegara yaitu pancasila, undang-undang dasar 1945, Negara Kesatuan Republik indonesia, bhinneka tunggal ika. Dari hal yang dasar seperti inilah yang bisa menyongsong jiwa kenasionalismean kita, mari kita kaji bersama tentang empat konsensus berbangsa dan bernegara tersebut satu persatu dari kedudukan tertinggi yaitu pancasila apa sih pancasila itu? Pancasila ini merupakan dasar atau ideologi bangsa yang terdiri dari beberapa sila, prinsip utama yang menyatukan dan menjadi haluan keIndonesiaan, Pancasila :
1) ketuhanan yang maha esa 2) kemanusiaan yang adil dan beradab 3) persatuan Indonesia 4) kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawatan/keadilan 5) keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kelima prinsip tersebut hendaknya dikembangkan dengan semangat gotong royong (ketuhanan yang berkebudayaan, yang lapang dan toleran) bukan ketuhanan yang saling menyerang, prinsip kemanusiaan universalnya harus berjiwa gotong royong (yang berkeadilan dan berkeadaban) bukan pergaulan yang menjajah, menindas. Prinsip persatuanya harus berjiwa gotong royong (mengupayakan persatuan dengan tetap menghargai perbedaan, "bhinneka tunggal ika" bukan kebangsaan yang meniadakan perbedaan ataupun menolak persatuan. 

Prinsip demokrasinya harus berjiwa gotong royong (mengembangkan musyawarah mufakat) bukan demokrasi yang didekte oleh suara mayoritas atau minoritas elit penguasa pemodal. 
Prinsip keadilanya harus berjiwa gotong royong (mengembangkan partisipasi dan emansipasi dibidang ekonomi dengan semangat kekeluargaan, bukan visi kesejahteraan yang berbasis induvidualisme-kapitalisme.

Kehidupan bangsa Indonesia semakin kokoh, apabila segenap komponen bangsa, disamping memahami hal-hal yang demikan, akan tetapi kita juga harus mampu memperjuangkan keutuhuan negara serta mencapai cita-cita yang diimpikan bangsa indonesia khususnya para pendahulu kita.

Sedikit banyaknya kita sudah mengupas sila-sila yang terdapat pada pancasila, kita perlu mensosialisakan pancasila, pada tgl 30 september 1960 presiden pertama bangsa indonesia Ir.Soekarno dengan bangganya beliau mengenalkan pancasila kepada dunia, Presiden Soekarno mengingatkan pentingnya konsep dan cita cita suatu bangsa.
Masih banyak lagi aktivitas-aktivitas diluar sana yang jauh menyimpang dari ideologi dan cita-cita luhur bangsa Indonesia. Apalagi kejadian baru-baru ini yakni pengeboman yang terjadi di Surabaya, hal itu adalah diluar batas norma-norma kemanusiaan dan kesopanan, penulis sendiri mengutuk dan mengecam keras tindakan bom bunuh diri tersebut, dan sembari berdo'a kepada Allah swt agar negara Indonesia senantiasa diberikan kekuatan persatuan dan kesatuan dalam menjalani aktivitas-aktivitas kebangsaan dan kenegaraan, Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KESETIAAN

Penulis : Muhammad Najib (Mahasiswa UIN SU - Medan) Lingkungan salah satu kunci dasar kita membentuk karakter, tanpa kita sadari karakter kesetiaan hadir karena sebuah lingkungan. Pahit, manisnya hidup penetralisirnya adalah hati, untuk menguatkan hati kuncinya adalah kesetiaan, setia pada kebenaran dan nilai-nilai yang benar bukan dianggap benar sekali lagi bukan dianggap benar.  Kesetiaan mampu kita upayakan kalau dihati memang mempunyai niatan tulus untuk saling merawat, menjaga, serta memperhatikan kewajiban dan hak kita sebagai hamba dan makhluk sosial. Merawat lingkungan tugas kita sebagai makhluk Tuhan yang sempurna bahkan menjaganya.  Memperhatikan lingkungan merupakan bagian dari observasi untuk membangkitkan semangat kepedulian agar melahirkan KESETIAAN. Dalam catatan sejarah, sederhanya Islam takkan besar kalau Nabi Muhammad SAW tak memiliki orang-orang yang setia seperti Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali dan sahabat-sahabat lainnya. Serta sama halnya seperti Indonesia

MENIKMATI NDP HMI

Ket. Gambar : Menikmati Kopi NDP Penulis : Muhammad Najib (Instruktur HMI Cabang Medan) Sejarah NDP menurut Prof. Dr. H. Agussalim Sitompul : [Muqaddimah : Perkembangan sosio historis menunjukkan, selain Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HMI sejak tahun 1947 hingga tahun 2010, HMI telah memiliki 10 naskah atau dokumen sebagai ideologi atau doktrin perjuangan HMI (Baca Sejarah Perjuangan HMI jika ingin mengetahui uraiannya). Sepuluh doktrin perjuangan HMI tersebut lazim disebut sebagai ideologi HMI. Seperti ditulis A. Dahlan Ranuwihardjo, ideologi adalah "seperangkat ajaran-ajaran tertentu atau gagasan-gagasan berdasarkan suatu pandangan hidup untuk mengatur kehidupan negara/masyarakat didalam segi-seginya serta yang disusun didalam sebuah sistem berikut aturan-aturan operasionalnya."] Berarti dengan keterangan diatas, Islam bukanlah ideologi, seperti halnya ideologi Pancasila, sosialis, komunis, kapitalis, dan lain-lain. Islam adalah wahyu dari Allah swt. Seda

DAGINGNYA PARA ULAMA ITU BERACUN

Teman ? Siapakah teman itu? Ialah yang setia menemani disaat suka & duka. Jelas bukan yang ada hanya bila butuh sesuatu saja. Apalagi yang menusuk dari belakang, menggunting dalam lipatan, menyerang & melempar fitnah di tengah perjuangan. Layaknya ketika kita berada ditengah perjuangan berhijrah menjadi lebih baik. Kala level kita akan naik itu, tak sedikit dari teman kita malah jadi menjauhi dan mencaci "sok alim..sok suci..sok sholeh..riya..gila pujian..dll" Karena begitulah siklusnya, Allah sengaja melakukan seleksi itu. Kenapa? Karena di mata Allah, antum sudah beda level, mereka sudah gak level dengan antum. Proses penjauhan teman lama itu ibarat musim gugur yang merontokkan daun-daun lama yang tak layak lagi dipertahankan. Agar kelak di musim semi akan diganti oleh tunas-tunas daun yang hijau, setia nan kokoh. Seperti itulah siklus pertemanan. Pilpres 2019 bagi UAS ialah fenomena yang memperlihatkan mana teman sejati, mana lawan yang berbaju kawan se