Penulis : Muhammad Najib (Ketua Umum HMI Komisariat Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Sumatera Utara Medan)
Lahirnya HMI dimulai dari kisah heroik seorang mahasiswa yang bernama Lafran Pane.
Kegelisahan yang beliau alami terhadap perkembangan dan keadaan bangsa dan agama saat itu, khususnya dikalangan pergerakan mahasiswa serta melihat potensi mahasiswa Islam yang perlu untuk diorganisasikan dengan baik, mahasiswa STI ini mengambil inisiatif untuk mendirikan organisasi mahasiswa Islam.
Pada waktu kuliah Tafsir oleh dosen Husein Yahya, Lafran Pane meminta izin untuk menggunakan tempat dan waktu kuliah tersebut untuk dipakai rapat penting pembentukan organisasi mahasiswa.
Husein Yahya mengijinkan, bahkan turut serta mengikuti jalannya rapat. Karenanya, setelah mahasiswa STI duduk dan siap menerima kuliah, Lafran Pane tampil didepan ruang kuliah dan dengan lantang menjelaskan bahwa kesempatan tersebut akan dipakai untuk rapat mendirikan organisasi mahasiswa Islam.
Dengan penuh percaya diri Lafran Pane mengatakan bahwa semua persiapan pembentukan sudah beres. Maka, seketika itu pula ruang kuliah STI menjadi gempar.
Terjadi perdebatan dan diskusi yang seru dan dinamis, membahas gagasan tersebut.
Lafran Pane mempertahankan gagasannya dengan gigih dan arif, menjawab berbagai respon kawan-kawan kuliahnya.
Alhamdulillah, akhirnya semua mahasiswa setuju dengan suara bulat mendirikan organisasi mahasiswa Islam dengan nama Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI.
Tidak berlebihan, setiap organisasi selayaknya memiliki dasar dan tujuan yang menaungi berdirinya organisasi tersebut.
HMI didirikan oleh mahasiswa dari kalangan perguruan tinggi Islam yaitu Sekolah Tinggi Islam (STI), yang merasa perlu memiliki keseimbangan didalam mengabdikan dirinya, dengan memperdalam ke-Islamannya.
Wajar, oleh karena pendidikan tinggi diwaktu itu masih terbatas pada pendidikan umum saja.
Belum ada (misalnya) IAIN (Institut Agama Islam Negeri).
Meskipun demikian, perumusan tujuan dan sifat organisasi mahasiswa Islam, masih sangat relevan dengan perkembangan zaman.
Hal ini setidaknya mengindikasikan, sebuah konsepsi pemikiran yang mendalam dari para pendiri HMI. Bahwa HMI akan selalu berada ditengah-tengah masyarakatnya, masyarakat Islam dan Indonesia. Karena itu, pemikiran dasar berdirinya HMI selayaknya harus menjadi rujukan setiap aktivitas kader/aktivis ataupun pengurus HMI disegala tingkat kepengurusan didalam mengemudikan roda organisasi.
Pemikiran tersebut didasari oleh beberapa hal yaitu sebagai berikut:
1. Bahwa HMI adalah Organisasi kader umat dan bangsa.
Dikatakan sebagai organisasi kader, oleh karena keanggotaan HMI adalah sepanjang menjadi mahasiswa, sehingga ada batasan ruang dan waktu. Sebagai mahasiswa, merupakan kelompok elit masyarakat Indonesia yang memperoleh kesempatan pendidikan tinggi, sehingga terbuka peluang untuk melahirkan pemimpin bangsa dan umat.
Kesempatan menjadi anggota HMI sebaiknya digunakan untuk membuka peluang seperti itu, sehingga HMI adalah "Candradimuka" mahasiswa Indonesia, tempat mengkader atau menggodog para pemimpin bangsa dan umat.
Pengabdian yang sesungguhnya dari seorang anggota HMI adalah ketika usai menyelesaikan studinya dipendidikan tinggi dengan baik, sehingga menjadi modal yang sangat berharga dikemudian hari, justru ketika sudah menjadi alumni HMI.
2. Bahwa HMI sebagai Organisasi kader, maka HMI harus bersifat mandiri, independen, ditengah pluralisme umat dan kebhinekaan bangsa.
Hal ini memang diperlukan, untuk mencari formula terbaik disegala bidang, yang bermanfa'at bagi seluruh masyarakat.
Independensi juga diperlukan untuk menjaga kejernihan berfikir, sehingga objektivitasnya terjaga.
3. Mencita-citakan persatuan umat dan kesatuan bangsa.
Sebagai kader umat dan bangsa, HMI harus selalu bisa menempatkan diri sebagai pemersatu umat sekaligus ikut membangun kesatuan bangsa.
Hal ini diyakini, bahwa kesatuan bangsa hanya dapat dicapai apabila persatuan umat, sebagai mayoritas penduduk Indonesia.
Karena itu, sebelum bisa berperan seperti itu, HMI harus mampu menjaga stabilitas persatuan dan kesatuan organisasinya sendiri.
4. HMI adalah organisasi yang bersifat non-praktis poltik.
Sifatnya ini perlu ditegaskan, bahwa HMI tidak boleh dan tidak akan pernah menjadi underbow suatu kekuatan politik, termasuk partai politik Islam. Sebagai kader umat dan bangsa, dalam wawasan HMI, tidak boleh dikotomi antara wawasan keislaman dan kebangsaan.
5. Bahwa dengan pemikiran seperti itu, harus ada kualitas yang lebih yang dipunyai oleh HMI.
Kualitas tersebut adalah menonjolnya sifat sebagai organisasi mahasiswa dan Islam.
Kegiatan studi, sebagai ciri mahasiswa harus tetap dipelihara, demikian juga sifat sebagai organisasi Islam. Keseimbangan ini juga harus dipertahankan untuk tetap mempertahankan ciri khas HMI sebagai organisasi mahasiswa Islam.
Catatan Tulisan : Berasal dari Sumber Buku dan Pemikiran analisis.
Sumber Bacaan : Sejarah Perjuangan HMI, dan HMI Candradimuka Mahasiswa.
Komentar