Ket. Gambar : FOTO KETUA UMUM HMI SEKAWASAN UIN-SUMUT
Sejak lama kalangan mahasiswa atau masyarakat Indonesia pada umumnya mungkin sudah tak asing lagi mendengar nama Himpunan Mahasiswa Islam atau yang disingkat HMI.
Ya, sudah 72 tahun HMI berdiri sebagai organisasi mahasiswa Islam tertua di Indonesia yang didirikan dikota bekas ibu kota negara Indonesia yakni Yogyakarta pada tanggal 5 Februari 1947 oleh seorang mahasiswa STI Yogyakarta yang bernama Lafran Pane, tokoh muda kala itu yang merupakan kelahiran Sipirok, Sumatera Utara.
Berdasarkan sejarah empiris dan pembuktian dari akar rumput atau maksud saya dari awal berdiri sampai dengan detik ini, sudah selayaknya HMI dikatakan organisasi kemahasiswaan yang mapan dan bermanfa'at lebih untuk Republik Indonesia dalam mengawal kemerdekaan dengan semangat Ke-Islaman Ke-Indonesiaan yang diikhtiarkan oleh HMI & setiap kader-kadernya, yang mana semangat itu bersumber dari sang pendiri yaitu Lafran Pane "Dimanapun Kau Berkiprah tak masalah, asal semangat Ke-Islaman Ke-Indonesiaan itu Kau Pegang terus (Lafran Pane)".
Semangat Ke-Islaman Ke-Indonesiaan yang digagas oleh Lafran Pane telah menjadi pengkultusan gerakan atau bahkan ruh bagi setiap diri mahasiswa Islam yang sudah melewati pintu gerbang perkaderan HMI yang biasa disebut sebagai Kader HMI.
HMI berdiri sendiri tanpa ada yang melahirkan dan dilahirkan atau dengan istilah lain HMI tidak berafiliasi dengan golongan, sekte, atau aliran manapun.
Maka dari itu HMI senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kemerdekaan seorang kader atau biasa disebut independensi yang telah termaktub didalam Anggaran Dasar HMI Pasal 6 tentang Sifat (Independen).
Dalam Pemikiran Lafran Pane sebagai pemrakarsa berdirinya HMI, Lafran senantiasa menegaskan HMI sebagai organisasi kemahasiswaan yang berdiri dengan dua semangat besar yakni semangat Ke-Islaman & Ke-Indonesiaan.
Hal ini selaras dengan pemikiran Ir. Soekarno sang Proklamator Kemerdekaan Indonesia yakni Nasionalisme-Islamisme (Nasionalis & Religius).
Kalau penulis boleh berpendapat bahwa Semangat Ke-Islaman & Ke-Indonesiaan HMI yang dibawa Lafran Pane itu ber ashabul wurud (bertalian/bersumber) dari pemikiran konsep bernegaranya Ir. Soekarno yakni Nasionalisme & Islamisme.
Kedua Tokoh Bangsa ini se-visi dan se-misi untuk bagaimana Indonesia kokoh merdeka, namun kedua Pahlawan Bangsa ini berbeda dalam berikhtiar dan berkonsepnya sehingga penulis bisa simpulkan bahwa Ashabul Wurud Semangat HMI ada di konsep bernegaranya Ir. Soekarno (Presiden Pertama RI).
Selanjutnya, kala itu Lafran Pane bercita-cita bahwa Mahasiswa Islam harus sebagai basis terkuat pada masa itu (1947) untuk menjaga kemerdekaan Indonesia dan mempertinggi derajat Rakyat Indonesia dan ummat Islam sebagai masyarakat mayoritas di Indonesia.
Maka ada dua tujuan awal berdirinya HMI pada 5 Februari 1947 yaitu :
Maka ada dua tujuan awal berdirinya HMI pada 5 Februari 1947 yaitu :
1) Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia
2) Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam.
Lahir pada masa itu jelas menunjukkan HMI adalah anak kandung revolusi sekaligus anak kandung umat Islam Indonesia yang resah atas ancaman kembalinya para penjajah.
Lafran Pane membawa pertimbangan bahwa Islam tidak akan berkembang, bila Indonesia belum lagi merdeka dengan utuh.
Seperti diketahui rentang waktu 1945 s/d 1949, Belanda masih melakukan agresi militer, hingga mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia menjadi suatu Prioritas utama.
Melalui forum kecil yang dibuatnya dikelas setelah jam kelas usai yang diampu oleh Hussein Yahya Dosen Tafsir STI Yogyakarta, dihadapan puluhan teman kelasnya Lafran Pane dengan lantang memimpin rapat untuk mendirikan organisasi kemahasiswaan Islam yaitu dengan nama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan 2 tujuan awal tersebut.
Dari tahun 1945-1946 Lafran Pane telah memikirkan tentang kerumitan Bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaannya.
Melihat gejolak yang semakin besar dari penjajah, maka jiwa patriotismenya muncul pada akhirnya dirinya melihat peluang bahwa mahasiswa Islam bisa kala itu untuk digunakan sebagai basis penguat untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Sebab Lafran memandang visioner, dengan melihat potensi kuantitas & kualitas mahasiswa-mahasiswa Islam kala itu.
Semangat ke Islaman & ke Indonesian yang Lafran Pane tularkan ini bukan untuk merebut kekuasaan & eksistensi bagi dirinya tapi semata-mata hanya untuk menjaga Republik Indonesia serta menjaga & membesarkan kemurnian agama Islam.
Itu terbukti di Kongres I HMI 30 November 1947, Lafran Pane enggan didaulat sebagai Ketua Umum PB HMI melainkan sahabatnya MS Mintaredja yang didaulat sebagai Ketua Umum PB HMI pertama pada Kongres I HMI di Yogyakarta.
Bagi Lafran Pane, perjuangan fisik yang lebih penting kala itu untuk mengusir penjajah yang berupaya merebut kembali wilayah kekuasaan republik Indonesia bukan sekedar jabatan yang bersifat temporal.
Semangat ke Islaman & ke Indonesian yang diutarakan Lafran Pane bukan hanya sekedar slogan melainkan bukti fisik dan otentik yang menjadikan HMI semakin berkembang pesat di pentas peradaban kemahasiswaan & kemasyarakatan di Indonesia sampai dengan saat ini.
Terbukti Para Kader HMI yang telah menjadi Alumni HMI mampu menorehkan prestasi besar buat Indonesia, yaitu Alumni HMI banyak telah menjadi Akademisi, Aktivis bahkan Pemimpin di Negeri ini seperti Jusuf Kalla (Wakil Presiden RI), Anies Baswedan (Gubernur DKI Jakarta), Ridwan Kamil (Gubernur Jawa Barat), dan masih banyak lagi.
Penulis meyakini betul bahwa para tokoh nasional yang terlahir dari HMI karena mampu mempertahan semangat Ke-Islaman (Islamisme/Religius) & Ke-Indonesiaan (Nasionalisme) seperti buah pemikiran Ir. Soekarno (Presiden pertama Republik Indonesia).
Pada Dies Natalis HMI Ke 72 tahun ini, penulis berharap HMI & Kader-kadernya senantiasa mempertahankan & sekaligus memperbaharui selalu dua semangat besar tersebut, karena dua hal tersebutlah Lafran Pane dijadikan Pahlawan Nasional RI oleh Bapak Presiden RI Joko Widodo.
Penulis :
Muhammad Najib
Ketua Umum HMI Komisariat FSH - UIN-SU
Komentar