Langsung ke konten utama

TERBAKARNYA PUSAT LITERASI TERBESAR ISLAM

                                       ILUSTRASI GAMBAR
Masa bani Umayyah merupakan masa ekspansi daerah kekuasaan, sedangkan masa bani Abbasiyah adalah masa pembentukan kebudayaan dan peradaban Islam, di masa bani Abbasiyah inilah perhatian terhadap ilmu pengetahuan atau literasi dan filsafat yunani memuncak, terutama di masa pemerintahan Harun Ar-rasyid yang merupakan masa keemasan kota Baghdad.
Dari kota inilah lahir sinar kebudayaan dan peradaban Islam ke seluruh dunia. Prestisi politik, supremasi hukum dan kedaulatan ekonomi, serta aktivitas intelektual merupakan keistimewaan kota ini.
Karena buku-buku ilmu pengetahuan atau literasi dan filsafat didatangkan dari Byzantium dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab yang mana proses penerjemahan ini berlangsung kira-kira satu abad.
Namun, siapa sangka kota yang melahirkan para cendekia, penerjemah-penerjemah handal dan yang merupakan pencetus pertama kali peradaban islam, juga merupakan kota yang pertama kali pula menghancurkan peradaban Islam? Sebagai umat muslim, kita patut bahkan harus mengetahui peradaban kita sendiri.
Bagaimana peradaban itu lahir dan kehancuran peradaban itu sendiri?
Kisah tentang terbakarnya Perpustakaan Baghdad atau Pusat Literasi terbesar Islam masa itu, yang merupakan sebuah kisah yang amat memilukan untuk ummat Islam hingga saat ini.
Betapa tidak, buku merupakan jendela dunia kata pepatah, tapi jendela itu hilang bagaimana ummat Islam menoropong lebih jauh belahan dunia ini?

Hilangnya begitu banyak ilmu.
Dan awal dari mundurnya peradaban di dunia Islam.
Setelah Kota Baghdad jatuh ke tangan Tatar atau biasa disebut kaum tartar, mereka melakukan apapun yang mereka inginkan terhadap ibu kota Daulah Abbasiyah ini.
Sebagian dari mereka membantai penduduknya.
Sebagian lagi melakukan pengrusakan kota.
Entah mengapa, kala itu Tatar selalu melakukan pembantaian dan penghancuran setiap kota yang mereka taklukkan dengan peperangan.
Bisa jadi penyebabnya adalah adanya kesenjangan budaya, antara umat Islam dengan orang-orang Tatar.
Umat Islam memiliki sejarah panjang dalam ilmu pengetahuan, pendidikan, dan etika.
Peradaban Islam telah membidani lahirnya puluhan ribu ilmuan terkemuka di semua cabang ilmu pengetahuan.
Tatar adalah komunitas masyarakat nomaden yang berasal dari gurun sebelah utara Cina.
Mereka tumbuh dengan hukum rimba. Mereka saling berperang layaknya hewan saling memangsa.
Tidak berlebihan, jika kita katakan kehidupan mereka seperti kehidupan binatang.
Karena memang mereka tak kenal peradaban.
Mereka tak berkeinginan memberi kontribusi memakmurkan bumi.
Enggan hidup dengan nilai-nilai perbaikan di dunia.
Karena itu, setiap wilayah yang mereka taklukkan dengan perang selalu dihancurkan.
Membaca sejarah mereka di masa itu sungguh amat mengerikan.
Di antara bukti nyata pernyataan di atas adalah apa yang mereka lakukan terhadap perpustakaan terbesar di dunia kala itu.
Perpustakaan Baghdad di masa Daulah Abbasiyah.
Perpustakaan yang mewariskan peradaban dunia, ringan saja mereka hancurkan.
Sama sekali tak ada kepedulian dengan ilmu pengetahuan yang dihimpun di dalamnya.
Perpustakaan Baghdad saat itu adalah sumber dari segala sumber khazanah keilmuan kaum muslimin dan umat-umat selainnya.
Bagaimana tidak, perpustakaan itu telah dibangun selama 600 tahun dan menghimpun semua cabang ilmu pengetahuan.
Ilmu syariat, ilmu alam, ilmu tentang kemanusiaan, dll.
Selama 6 abad tentu tak terbayang koleksi buku yang dimiliki perpustakaan tersebut.

Dahulu, ilmu-ilmu yang ditulis dengan bahasa Persia, Yunani, Sansekerta, dll. diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Kemudian disimpan di Perpustakaan Baghdad.
Sehingga orang cukup menguasai bahasa Arab dan pergi ke Baghdad, ia akan menguasai banyak ilmu yang ada di dunia ini.
Saat kota ini jatuh, koleksi sebesar itu seolah tak berharga.
Bayangkan!
Warisan besar itu mereka lempar ke Sungai Tigris hingga air sungai berubah menjadi hitam.
Bahkan ada yang mengatakan, kuda-kuda Tatar bisa melintasi sungai dengan jembatan timbunan berjilid-jilid buku yang mereka lemparkan ke sungai.
Tentu kejahatan ini tidak hanya merugikan umat Islam saja.
Bahkan merugikan peradaban manusia hingga saat ini.

(Bersambung)..

Penulis : Muhammad Najib 
          (Mahasiswa UIN-SUMATERA UTARA)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KESETIAAN

Penulis : Muhammad Najib (Mahasiswa UIN SU - Medan) Lingkungan salah satu kunci dasar kita membentuk karakter, tanpa kita sadari karakter kesetiaan hadir karena sebuah lingkungan. Pahit, manisnya hidup penetralisirnya adalah hati, untuk menguatkan hati kuncinya adalah kesetiaan, setia pada kebenaran dan nilai-nilai yang benar bukan dianggap benar sekali lagi bukan dianggap benar.  Kesetiaan mampu kita upayakan kalau dihati memang mempunyai niatan tulus untuk saling merawat, menjaga, serta memperhatikan kewajiban dan hak kita sebagai hamba dan makhluk sosial. Merawat lingkungan tugas kita sebagai makhluk Tuhan yang sempurna bahkan menjaganya.  Memperhatikan lingkungan merupakan bagian dari observasi untuk membangkitkan semangat kepedulian agar melahirkan KESETIAAN. Dalam catatan sejarah, sederhanya Islam takkan besar kalau Nabi Muhammad SAW tak memiliki orang-orang yang setia seperti Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali dan sahabat-sahabat lainnya. Serta sama halnya seperti Indonesia

DAGINGNYA PARA ULAMA ITU BERACUN

Teman ? Siapakah teman itu? Ialah yang setia menemani disaat suka & duka. Jelas bukan yang ada hanya bila butuh sesuatu saja. Apalagi yang menusuk dari belakang, menggunting dalam lipatan, menyerang & melempar fitnah di tengah perjuangan. Layaknya ketika kita berada ditengah perjuangan berhijrah menjadi lebih baik. Kala level kita akan naik itu, tak sedikit dari teman kita malah jadi menjauhi dan mencaci "sok alim..sok suci..sok sholeh..riya..gila pujian..dll" Karena begitulah siklusnya, Allah sengaja melakukan seleksi itu. Kenapa? Karena di mata Allah, antum sudah beda level, mereka sudah gak level dengan antum. Proses penjauhan teman lama itu ibarat musim gugur yang merontokkan daun-daun lama yang tak layak lagi dipertahankan. Agar kelak di musim semi akan diganti oleh tunas-tunas daun yang hijau, setia nan kokoh. Seperti itulah siklus pertemanan. Pilpres 2019 bagi UAS ialah fenomena yang memperlihatkan mana teman sejati, mana lawan yang berbaju kawan se

MENIKMATI NDP HMI

Ket. Gambar : Menikmati Kopi NDP Penulis : Muhammad Najib (Instruktur HMI Cabang Medan) Sejarah NDP menurut Prof. Dr. H. Agussalim Sitompul : [Muqaddimah : Perkembangan sosio historis menunjukkan, selain Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HMI sejak tahun 1947 hingga tahun 2010, HMI telah memiliki 10 naskah atau dokumen sebagai ideologi atau doktrin perjuangan HMI (Baca Sejarah Perjuangan HMI jika ingin mengetahui uraiannya). Sepuluh doktrin perjuangan HMI tersebut lazim disebut sebagai ideologi HMI. Seperti ditulis A. Dahlan Ranuwihardjo, ideologi adalah "seperangkat ajaran-ajaran tertentu atau gagasan-gagasan berdasarkan suatu pandangan hidup untuk mengatur kehidupan negara/masyarakat didalam segi-seginya serta yang disusun didalam sebuah sistem berikut aturan-aturan operasionalnya."] Berarti dengan keterangan diatas, Islam bukanlah ideologi, seperti halnya ideologi Pancasila, sosialis, komunis, kapitalis, dan lain-lain. Islam adalah wahyu dari Allah swt. Seda