Langsung ke konten utama

KESETIAAN


Penulis : Muhammad Najib (Mahasiswa UIN SU - Medan)

Lingkungan salah satu kunci dasar kita membentuk karakter, tanpa kita sadari karakter kesetiaan hadir karena sebuah lingkungan. Pahit, manisnya hidup penetralisirnya adalah hati, untuk menguatkan hati kuncinya adalah kesetiaan, setia pada kebenaran dan nilai-nilai yang benar bukan dianggap benar sekali lagi bukan dianggap benar.  Kesetiaan mampu kita upayakan kalau dihati memang mempunyai niatan tulus untuk saling merawat, menjaga, serta memperhatikan kewajiban dan hak kita sebagai hamba dan makhluk sosial.
Merawat lingkungan tugas kita sebagai makhluk Tuhan yang sempurna bahkan menjaganya. 
Memperhatikan lingkungan merupakan bagian dari observasi untuk membangkitkan semangat kepedulian agar melahirkan KESETIAAN.
Dalam catatan sejarah, sederhanya Islam takkan besar kalau Nabi Muhammad SAW tak memiliki orang-orang yang setia seperti Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali dan sahabat-sahabat lainnya. Serta sama halnya seperti Indonesia takkan pernah merdeka kalau Indonesia tak memiliki Soekarno, Hatta, Tan Malaka, Tjokroaminoto dan sederet tokoh lainnya yang memiliki tingkat kesetiaan yang tinggi.
Kekonsistenan merupakan salah satu faktor pendukung dalam melindungi kesetiaan agar tidak mencederai bangunan perjuangan yang telah dilalui, maka Islam dan Indonesia masih eksis sampai saat ini karena kenyataannya dilapangan ummat dan masyarakat masih mampu menyeimbangkan, menyelaraskan dan menggiring kesetiaan untuk Islam dan kesetiaan untuk Indonesia.
Harus kita sadari bahwa Islam dan Indonesia perhiasan yang paling mahal dimiliki Dunia, namun sayangnya kita sebagai ummat dan masyarakat hanyalah sebagai penonton ya bukan pemaim atau bahkan penikmat perhiasan tersebut.
Indonesia punya emas tapi amerika yang nikmatin, Islam punya budaya bahkan anjuran membaca tapi barat dan orang diluar Islam yang mentradisikannya. Sayang ya??
Bukan hanya itu yang lebih sedihnya lagi, orang Indonesia malu dibilang Indonesia, tapi bangga dibilang seperti orang asing. Begitu juga dengan orang Islam, malu untuk datang beribadah berbaur bahkan membela Islam tapi sangat antusias mencekal dan memanfa'atkan Islam sebagai tameng untuk kekuasaan, ya begitulah.. itulah HIDUP.

MASIHKAH RAGU UNTUK BERSUMPAH SETIA ?
Setialah dalam segala lini kehidupan, kunci nya selama itu benar dan bermanfaat, mudah-mudahan Tuhan beri bantuan untuk kita bersikap setia. Sebab pandangan penulis, Islam dan Indonesia krisis dengan orang-orang yang setia. Setia dalam hal sederhana, penulis memulai dari merawat, menjaga dan memperhatikan lingkungan.
Saya meyakini bahwa selama masih ada orang-orang setia terhadap kebenaran dan kemanfaatan, bunga ditaman takkan layu, rumput dihalaman takkan panjang, konflik sosial takkan meruncing, banjir takkan ada, gunung takkan meletus dan yang lebih hebatnya lagi Tuhan takkan murka kepada kita.

Sudahkah anda menyaksikan tanda-tanda kemurkaan Tuhan kepada ummat dan masyarakat?

Besarkan Islam, Merdeka kan Indonesia.

Salam Keadilan
Salam Kesetiaan.
Islam rukun, Indonesia Bersatu.

Billahittaufiq wal hidayah.

Video ini contoh hilangnya kesetiaan.
Semoga menjadi pelajaran untuk kita semua.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENIKMATI NDP HMI

Ket. Gambar : Menikmati Kopi NDP Penulis : Muhammad Najib (Instruktur HMI Cabang Medan) Sejarah NDP menurut Prof. Dr. H. Agussalim Sitompul : [Muqaddimah : Perkembangan sosio historis menunjukkan, selain Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HMI sejak tahun 1947 hingga tahun 2010, HMI telah memiliki 10 naskah atau dokumen sebagai ideologi atau doktrin perjuangan HMI (Baca Sejarah Perjuangan HMI jika ingin mengetahui uraiannya). Sepuluh doktrin perjuangan HMI tersebut lazim disebut sebagai ideologi HMI. Seperti ditulis A. Dahlan Ranuwihardjo, ideologi adalah "seperangkat ajaran-ajaran tertentu atau gagasan-gagasan berdasarkan suatu pandangan hidup untuk mengatur kehidupan negara/masyarakat didalam segi-seginya serta yang disusun didalam sebuah sistem berikut aturan-aturan operasionalnya."] Berarti dengan keterangan diatas, Islam bukanlah ideologi, seperti halnya ideologi Pancasila, sosialis, komunis, kapitalis, dan lain-lain. Islam adalah wahyu dari Allah swt. Seda

DAGINGNYA PARA ULAMA ITU BERACUN

Teman ? Siapakah teman itu? Ialah yang setia menemani disaat suka & duka. Jelas bukan yang ada hanya bila butuh sesuatu saja. Apalagi yang menusuk dari belakang, menggunting dalam lipatan, menyerang & melempar fitnah di tengah perjuangan. Layaknya ketika kita berada ditengah perjuangan berhijrah menjadi lebih baik. Kala level kita akan naik itu, tak sedikit dari teman kita malah jadi menjauhi dan mencaci "sok alim..sok suci..sok sholeh..riya..gila pujian..dll" Karena begitulah siklusnya, Allah sengaja melakukan seleksi itu. Kenapa? Karena di mata Allah, antum sudah beda level, mereka sudah gak level dengan antum. Proses penjauhan teman lama itu ibarat musim gugur yang merontokkan daun-daun lama yang tak layak lagi dipertahankan. Agar kelak di musim semi akan diganti oleh tunas-tunas daun yang hijau, setia nan kokoh. Seperti itulah siklus pertemanan. Pilpres 2019 bagi UAS ialah fenomena yang memperlihatkan mana teman sejati, mana lawan yang berbaju kawan se