Langsung ke konten utama

Postingan

Pandangan Pertama!

Ket. Gambar : ilustrasi beragam ekspresi Penulis : Muhammad Najib Mahasiswa UIN SUMUT-MEDAN Ada seorang anak berusia 22 tahun yang naik kereta bersama ayahnya. Kebetulan, mereka duduk di sebelah seorang wanita. Tiba-tiba, anak tersebut melihat keluar dan berteriak, “Ayah, lihatlah, pohon-pohon berjalan ke arah yang berlawanan dengan kita!” Sang ayah tersenyum dan wanita yang duduk disebelahnya merasa heran serta kasihan melihat perilaku anak tersebut. Beberapa menit kemudian, anak tersebut berteriak lagi dan berkata, “Ayah, lihatlah, awan berjalan mengikuti kita!” Setelah sang anak berteriak, wanita tersebut berbisik kepada sang ayah, “Mengapa Anda tidak membawanya kepada seorang dokter? Saya pikir ia perlu dirawat di rumah sakit” Mendengar perkataan tersebut, sang ayah tersenyum dan berkata, “Saya sudah datang ke rumah sakit hampir setiap hari sejak anak saya lahir, anak saya buta sejak lahir, dan hari ini, ia baru saja sembuh dari kebutaan tersebut” Setiap orang me

THE UGLY TRUTH

Ket. Gambar : Artinya  Kenyataan terburuk Masih ingat plesetan ini? “rule #1 the boss is always right, rule #2 If the boss is wrong, see rule #1”?  Kita semua menyikapinya sambil tersenyum paham, karena mungkin juga mengkaitkan dengan pengalaman kita sendiri dalam berinteraksi dengan mereka yang berada dalam posisi berkuasa. Melihat hal ini, kita bisa mengingat dongeng HC Andersen mengenai Raja Telanjang. Konon, raja ini gila penampilan, selalu merasa bahwa pakaiannyalah yang terbaik. Sampai ia menyelenggarakan sayembara untuk mendapatkan baju raja yang terbaik. Datanglah sekelompok penipu yang mengaku akan membuat baju yang tiada duanya di dunia ini. Raja tertarik dan memberi ruang khusus yang diperlukan para penipu yang mengaku tukang jahit ini. Dari waktu ke waktu Raja menginspeksi dan melihat kegiatan para ahli jahit itu, tetapi tak kunjung melihat bajunya, padahal emas dan perak telah diberikan kepada mereka yang katanya akan dibuat sebagai bahan pembuat baju. Ketika ia be

PEMIMPIN ITU TERBENTUK, BUKAN TERLAHIR?

Ket. Gambar : Gambar Ilustrasi Seorang Pemimpin  Penulis : Muhammad Najib (Mahasiswa) Pemimpin adalah salah satu warisan dari Tuhan atau sekaligus Wakil Tuhan dimuka Bumi, tidak banyak dari kita yang paham dan sadar bahwa pemimpin adalah seseorang yang menaungi banyak orang, atau dengan kata lainnya ia merupakan representatif dari orang-orang yang dipimpinnya dan tak jarang orang-orang yang dipimpinnya itu menjadikan dirinya sebagai uswah (contoh atau teladan). Berbicara pemimpin berarti kita sedang membahas 3 unsur penting, Pertama , invidu yang berarti membicarakan orang, sampai turunan-turunan lainnya. Kedua , waktu atau pengalaman hidupnya  yang menjadikan ia sebagai pemimpin. Ketiga , adalah Pengetahuan (knowledge) yang membuat ia terampil dan berwatak sebagai pemimpin. Namun sebelum jauh membahas Pemimpin, saya ingin mengajak pembaca budimana bertukar fikiran benarkah Pemimpin itu terbentuk dan Bukan terlahir? Menurut sudut pandang saya secara pribadi mengenai pemim

CATATAN SEORANG PELACUR

Ket. Gambar : Ilustrasi Penulis Muhammad Najib Mahasiswa FSH  UIN Sumatera Utara Medan TUHAN, IZINKAN AKU HIJRAH Perkenalkan namaku Indah. Namaku diberi oleh kakek ku yang telah lama meninggal, aku tak mengerti ku diberi nama Indah, padahal wajahku tak indah, hidungku apalagi, bola mataku pun tak juga, sampai pergelangan kakiku pun tidak, sampai akupun bertanya-tanya apa yang indah dari diriku. Sejak Kecil ku bertanya-tanya akan hal itu pada diri sendiri, pada orang tuaku pada orang-orang sekitar, namun tak juga kutemukan jawabannya. Orang tuaku pun akhirnya meninggal secara bersamaan ketika kami tengah berlibur ke pendakian gunung, keduanya ditemukan tewas disebabkan  tergelincir dari tanah dipendakian. Aku bersyukur aku selamat, namun nasib buruk ini harus kujalani hidup diusia anak-anak sebagai seorang yatim piatu. Sejak kejadian kepergian orangtuaku, kumerasakan kesendirian yang amat mendalam. Diasuh oleh nenek yang sudah tua renta membuatku tak dapat berkeluh kesah b

JUMUD DALAM PANDANGAN SYEKH MUHAMMAD ABDUH

Ket. Gambar : Syekh Muhammad Abduh Penulis : MUHAMMAD NAJIB INSTRUKTUR HMI CABANG MEDAN Mungkin dari sekian banyak pandangan, analisa dan perspektif dari para pakar terkemuka mengenai kata jumud dapat sangat banyak kita temui. Namun, penulis di sini ingin sekali mengupas kata jumud dari pakar Fiqih tersohor yang namanya ialah “Muhammad Abduh”. Nama yang kerap kali penulis jumpai dalam karya Prof. Dr. Qurais Shihab terrnyata menyimpan sejuta ilmu. Khususnya dalam pengertian jumud. Sebelumnya, penulis ingin uraikan arti jumud dalam kamus bahasa Arab. Kata jumud ini bentuk masdar dari kata Jamada-Yaj’mudu -Jamdan/Jumudan, yang memiliki arti “beku”. Dalam pengertian ini, kata jumud selalu aja beridentik dengan sesuatu yang mulanya cair lalu membeku. Semisal “Es”. Dalam Kamus Al-Azhar, hal 72 dikatakan bahwa pembekuan air menjadi Es dinamai “Jamadun/Jamdun”. Sehingga, bisa dikatakan bahwa yang dimaksud dengan kata jumud adalah keadaan yang awalnya mengalir layaknya air menjad

CATATAN UNTUK PEMUDA

                       Ket . Gambar : Pemuda adalah harapan bangsa dan negara PENULIS   MUHAMMAD NAJIB  (KETUA UMUM HMI KOMISARIAT FSH UIN-SU MEDAN) “Aku (Tuhan) tidaklah menciptakan jin dan manusia hanyalah untuk berbakti kepada-Ku.” Q. S Adz- Dzariyat (51): 56 "Hadapkan dengan seluruh dirimu itu kepada agama (Islam) sebagaimana engkau adalah hanief (secara kodrat melihat kebenaran, itulah fitrah Tuhan yang telah memfitrahkan manusia padanya)." Q. S Ar- Rum (30): 30 "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan, Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu." Q.S Albaqarah (2):208 Ketiga ayat-ayat Kitab Suci terakhir ini seolah memberikan tamparan keras bagi siapapun yang mengimaninya, tak terkecuali kepada penulis sekalipun. Ketiga ayat diatas berbicara tentang kemahaesaan Allah sebagai Tuhan yg Tunggal, berbicara juga tentang kemurnian aqidah dan tentang hakikat manusia itu

SADAR HUKUM ATAU PATUH HUKUM?

                Quo Vadis Kepatuhan Hukum Indonesia? Penulis MUHAMMAD NAJIB Mahasiswa Fakultas Syari'ah & Hukum (FSH) UIN SUMATERA UTARA Medan. Pertanyaan pada judul tulisan ini seolah memberikan kita sedikit tamparan, sebagai warga negara yang baik semestinya kita tunduk dan patuh terhadap hukum yang telah diatur, apapun itu jenisnya baik hukum-hukum terkecil sekalipun kita tak diperkenankan untuk tidak mematuhinya. Pakar Sosiologi Hukum Prof. DR. Satjipto Raharjo, dalam bukunya “Sisi-Sisi Lain Dari Hukum di Indonesia, Penerbit Kompas, 2003”, secara implisit menyimpulkan bahwa, adanya perasaan tidak bersalah, sekalipun putusan judex factie ( PN dan PT ) telah menyatakan yang bersangkutan bersalah, merupakan preseden buruk bagi tegaknya budaya hukum di negeri ini”. Pandangan kritis pakar sosiologi hukum itu patut menjadi renungan kita bersama, sebab di dalamnya terkandung pesan yang sangat dalam mengenai perlunya kita mentradisikan budaya hukum di negeri ini, karena