Langsung ke konten utama

Postingan

Mengapa Harus ERAMAS?

Assalamu'alaikum Para Pembaca seiman.. Salam Sejahtera juga bagi kita semua warga SUMUT, Shalom.. Om santi,santio,santi,om.. Nammo Buddhaya... Wie De Dong Tian... Kita Indonesia, Kita Sumatera Utara, Kita tidak pernah Berbeda. Salam Hangat kepada reader's... Dari Penulis seorang mahasiswa produk asli Indonesia dan Sumatera Utara. Tepat ditanggal 27 Juni 2018, kurang dari 5 hari, 120 Jam, 7200 menit dan 25.920.000 detik lagi Pemilihan Kepada Daerah Serentak dilaksanakan di 171 daerah di Indonesia yang meliputi, 17 provinsi, 39 kota, dan 115 kabupaten (sesuai data yang dihimpun melalui kpu.go.id). Sumatera Utara merupakan salah satu daerah provinsi yang akan menyelenggarakan pemilihan kepala daerah untuk menentukan siapa yang diamanahkan jabatan gubernur dan wakill gubernur 5 tahun mendatang. Tidak Usah serius banget. Tulisan ini mudah-mudahan tidak ada sindiran  tidak ada black campaign, tidak ada unsur sara dan hal-hal buruk yang lainnya. Tulisan ini hanya bahagian

PUASA TAPI TAK SHALAT? SAHKAH?

Ket. Gambar : Sujud (salah satu Rukun Sholat) Allah Ta’ala berfirman, إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَّوْقُوتًا “Sesungguhnya shalat memiliki waktu yang telah ditetapkan bagi orang beriman.” (QS. An Nisa’: 103) Ibnu Jarir dalam kitab tafsirnya berkata, dari Al Auza’i, dari Musa bin Sulaiman, dari Al Qosim bin Mukhoymiroh mengenai firman Allah Ta’ala, فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ “Dan datanglah orang-orang setelah mereka yang menyia-nyiakan shalat.” (QS. Maryam: 59), Al Qosim berkata bahwa yang dimaksud ayat ini, “Mereka yang menyia-nyiakan waktu shalat. Sedangkan jika sampai meninggalkan shalat, maka kafir.” Abu Ya’la dan Al Baihaqi masing-masing dalam musnadnya (berkata), dari ‘Ashim, dari Mush’ab bin Sa’ad, ia berkata, “Aku pernah bertanya pada ayahku bagaimana pendapat beliau mengenai ayat ‘alladzinaa hum ‘an sholatihim saahuun’, siapa di antara kita yang tidak lalai dalam shalatnya? Siapa yang dalam hatinya tidak berpi

MENIKMATI NDP HMI

Ket. Gambar : Menikmati Kopi NDP Penulis : Muhammad Najib (Instruktur HMI Cabang Medan) Sejarah NDP menurut Prof. Dr. H. Agussalim Sitompul : [Muqaddimah : Perkembangan sosio historis menunjukkan, selain Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HMI sejak tahun 1947 hingga tahun 2010, HMI telah memiliki 10 naskah atau dokumen sebagai ideologi atau doktrin perjuangan HMI (Baca Sejarah Perjuangan HMI jika ingin mengetahui uraiannya). Sepuluh doktrin perjuangan HMI tersebut lazim disebut sebagai ideologi HMI. Seperti ditulis A. Dahlan Ranuwihardjo, ideologi adalah "seperangkat ajaran-ajaran tertentu atau gagasan-gagasan berdasarkan suatu pandangan hidup untuk mengatur kehidupan negara/masyarakat didalam segi-seginya serta yang disusun didalam sebuah sistem berikut aturan-aturan operasionalnya."] Berarti dengan keterangan diatas, Islam bukanlah ideologi, seperti halnya ideologi Pancasila, sosialis, komunis, kapitalis, dan lain-lain. Islam adalah wahyu dari Allah swt. Seda

Mengapa HMI didirikan?

Penulis : Muhammad Najib (Ketua Umum HMI Komisariat Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Sumatera Utara Medan) Lahirnya HMI dimulai dari kisah heroik seorang mahasiswa yang bernama Lafran Pane. Kegelisahan yang beliau alami terhadap perkembangan dan keadaan bangsa dan agama saat itu, khususnya dikalangan pergerakan mahasiswa serta melihat potensi mahasiswa Islam yang perlu untuk diorganisasikan dengan baik, mahasiswa STI ini mengambil inisiatif untuk mendirikan organisasi mahasiswa Islam. Pada waktu kuliah Tafsir oleh dosen Husein Yahya, Lafran Pane meminta izin untuk menggunakan tempat dan waktu kuliah tersebut untuk dipakai rapat penting pembentukan organisasi mahasiswa. Husein Yahya mengijinkan, bahkan turut serta mengikuti jalannya rapat. Karenanya, setelah mahasiswa STI duduk dan siap menerima kuliah, Lafran Pane tampil didepan ruang kuliah dan dengan lantang menjelaskan bahwa kesempatan tersebut akan dipakai untuk rapat mendirikan organisasi mahasiswa Islam. Dengan penuh

Bumi Tuhan yang bernama INDONESIA

Ket. Gambar : Peta Indonesia Penulis : Muhammad Najib (Mahasiswa UIN SU) Penulis (tengah) Baju Putih : Muhammad Najib Penghayatan berbangsa dan bernegara masyarakat Indonesia masih rendah jika kita mau mengamati disekeliling kita terutama saudara-saudara kita yang masih terbatas pola pikirnya hal ini yang menjadikan minimnya jiwa nasionalismenya. Jangankan tentang birokrasi, fundamental atau yang lebih pentingnya yakni empat konsensus bernegara belum tentu saudara kita memahaminya, lantas bagaimana dengan nasib bangsa tercinta ini yang diperjuangkan dan dijunjung tinggi martabatnya oleh pendahulu kita yaitu para founding father's bangsa ini. Fenomena yang terjadi saat ini, banyak orang yang mengklaim dirinya sebagai nasionalis tetapi hanya membela golongan tertentu sebut saja Islam radikal yang ingin meng-Islamkan negara indonesia, apakah ini tidak menyimpang dari ideologi bangsa yaitu pancasila, jika kita menatap dengan jeli benar-benar terlihat begitu minimnya tent

IDEOPOL STRATAK SEBAGAI PISAU ANALISIS INTELEKTUAL MUDA UNTUK MEWUJUDKAN PEMIMPIN TRANSFORMATIF

Ket. Gambar : Penulis ( Muhammad Najib ) Penulis adalah Muhammad Najib ( Anak Terakhir dari 5 Bersaudara ) Diawali dari pengetahuan manusia terhadap realitas, merupakan bukti bahwa kecenderungan dalam mencari serta menemukan kebenaran sebagai media dalam mencapai tujuan adalah fitrah manusia. Termasuk wilayah pengetahuan yang akan bersama-sama dikaji dalam Intermediate Training ini, yaitu ideologi, politik serta strategi dan taktik (Ideopolitor-Stratak). Berbicara soal ideopolitor-stratak tidak lepas dari wilayah kajian politik, namun perlu difahami bahwa politik yang dimaksud adalah sebatas pengetahuan atau ilmu politik, bukan politik praktis. Karena HMI adalah organisasi mahasiswa yang bersifat perkaderan dan perjuangan (AD HMI Bab IV Pasal 7,8,9) bukan partai politik ataupun organisasi yang berafiliasi atau bahkan menjadi underbow partai politik yang memiliki kepentingan mutlak demi kekuasaan. Politik adalah Sebagai media dalam mencapai tujuan, politik bukan lagi merupakan

KESETIAAN

Penulis : Muhammad Najib (Mahasiswa UIN SU - Medan) Lingkungan salah satu kunci dasar kita membentuk karakter, tanpa kita sadari karakter kesetiaan hadir karena sebuah lingkungan. Pahit, manisnya hidup penetralisirnya adalah hati, untuk menguatkan hati kuncinya adalah kesetiaan, setia pada kebenaran dan nilai-nilai yang benar bukan dianggap benar sekali lagi bukan dianggap benar.  Kesetiaan mampu kita upayakan kalau dihati memang mempunyai niatan tulus untuk saling merawat, menjaga, serta memperhatikan kewajiban dan hak kita sebagai hamba dan makhluk sosial. Merawat lingkungan tugas kita sebagai makhluk Tuhan yang sempurna bahkan menjaganya.  Memperhatikan lingkungan merupakan bagian dari observasi untuk membangkitkan semangat kepedulian agar melahirkan KESETIAAN. Dalam catatan sejarah, sederhanya Islam takkan besar kalau Nabi Muhammad SAW tak memiliki orang-orang yang setia seperti Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali dan sahabat-sahabat lainnya. Serta sama halnya seperti Indonesia